Kamis, 19 Agustus 2010

Pengantar


PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#

Menyusun “Kamus Baso Diri” didorong atas keinginan menggali dan mendokumentasikan khasanah budaya bahasa asal daerah penulis, Tanjung Batu, tepat diulang tahun ke 51, 2009. Semasa kecil sekitar 20 tahun penulis hidup dan menempuh pendidikan di dusun (kemudian diubah-nama jadi desa), masa sekolah agama (madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah) membentuk cara berpikir dan bertindak, ditambah pergaulan semasa sekolah di menengah atas dan seterusnya memperkaya pemahaman baso diri, ternyata memiliki keunikan sekaligus membedakannya dengan baso dusun lain.
            Dusun “Teng Atap” dan “Teng Batu Hbrang” misalnya, selain ada perbedaan penyebutan kosa kata, juga dibedakan dengan dialek, logat dan irama pengucapannya. Misalnya penyebutan nior (kelapa), di Teng Atap dan Teng Batu’hbrang disebut niok, ucapan ini sama halnya di lidah urang diri juga Pedamaran, Meranjat dan Burai. Namun dalam pengumpulan kata kamus ini tidak membandingkan perbedaan dan kekhasan itu, mungkin dapat mendorong penulisan di sisi lain lagi, atau dibutuhkan pengumpulan kosa-kata menyeluruh dari berbagai desa di Kecamatan Tanjung Batu.
            Ada beberapa alasan dan motivasi penulis menyusun kamus ini,

1.        Baso diri diucapkan dengan logat, dialek, dan irama dimanapun pengucap itu berada; selalu tidak terpengaruh oleh bahasa lain. Kendati mungkin diucapkan bergabung dengan bahasa lain seperti Bahasa Betawi misalnya, masih nampak kekhasannya.

2.       Baso diri diucapkan banyak kalangan masyarakat urang diri yang merantau di manapun, termasuk mereka yang membentuk desa resmi seperti Desa Pangkalan Benteng Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, atau berkelompok dalam kampung tersendiri dan bergabung dengan penduduk asal daerah lain seperti di Kampung Meranjat Kecamatan Sako Palembang.

3.       Baso diri, selaku salah satu akar budaya dari Suku Melayu, memiliki kesamaan dengan Suku Melayu di daerah/Negara lain seperti Tanjung Batu Kepulauan Riau, Bahasa Jambi, termasuk Suku Anak Dalam.

4.       Budaya bertutur di kalangan masyarakat Teng Batu, relative langka, baik tutur tertulis maupun tutur berucap. Pengaruh mayoritas pekerjaan masyarakat sebagai “tukang”, baik tukang mas, tukang kayu maupun tukang lainnya; mempersulit adanya apresiasi dari kalangan menengah masyarakat terhadap kekayaan budaya local. Walaupun di sisi lain, sikap hidup urang diri sebenarnya terbuka dan adaptif dengan budaya lain, ternyata keterbukaan itu tidak mengakibatkan tercerabutnya sikap hidup yang tercermin dalam cara berpikir, filsafat hidup dan orientasi hidupnya.

5.       Berbeda dengan masyarakat minang yang memiliki selogan “adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah”, urang diri tidak mempunyai selogan seperti itu. Namun dalam implementasi sehari-hari, muatan agama Islam dalam masyarakat urang diri sangat kuat. Sebagai penganut Islam Sunnie, banyak ditemukan pengucapan bersumber dari ajaran Agama Islam, yang menujukkan “caro-diri”; sehingga kepribadian agamis menyatu dalam budaya sehari-hari. Insya Allah. Hal ini dimungkinkan atas pengaruh masa lalu, dimana kelompok urang diri tumbuh berkembang atas masukan dakwah Islam dari perantau Jawa dan Padang, antara penguasaan keterampilan perajin dan menguasai ajaran Islam sekaligus. Rata-rata masyarakat urang diri, pandai membaca Al Qur’an, banyak guru ngaji berjasa membekali anak-anak dan remaja untuik menamatkan Al Qur’an. 


Masih banyak kekurangan kosakata terutama bersumber dari bidang pertukangan emas (kamasan), disamping penulis
tidak menguasai, memang belum digali. Oleh karena itu, seperti disarankan banyak teman, laman ini masih membutuhkan masukan dan koreksi dari para guru/ustadz Bahasa Indonesia. 
 
Base Camp Harapanrainforest, 14 Agustus 2009
Penulis, 
M. Umar Husein

3 komentar:

  1. Assalamu'alaikum WW. Saya Asmar Ihsan, berasal dari Seri Kembang Payaraman (Tanjung Batu) Ogan Ilir. Sangat tretarik dengan "Kamus Baso Diri"...... Karenanya, saya menyusun "kamus/ kumpulan kata/ dialek" Baso Diri......dan saya menjadikan posting bapak sebagai referensi/ kutipan untuk memperkaya hal ini. Karena ternyata tulisan bapaklah satu- satunya yang lengkap mengenai hal ini. Karenanya, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak. Mudah- mudahan ini nantinya akan dapat kita kembangkan lebih jauh. Terimakasih dan mohon maaf atas kesemuanya. Semoga ini akan berguna dikemudian hari. Amin. Wassalamu'. Asmar Ihsan

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum. mantab mang kamusnyo, lengkap nian. mungkin ado masukan untuk kamus bahaso diri di blog aku mang http://sayashand.blogspot.co.id/2015/08/kamus-bahasa-payaraman-ogan-ilir-tugas.html

    BalasHapus